Bio Dataku


Nama Saya Agus Purwoko, tapi keseharianku dipanggil Gusmo. Aku tidak mau dipanggil walikota, bahkan aku tidak pernah menoleh kalau dipanggil gubernur. Karena julukanku gusmo bukan walikota atau gubernur.
Enggak tahu kenapa aku dijuluki nama itu, padahal kakek-nenek, Bapak lan ibuku bukan turunan Kyai. Apalagi saya tidak pernah nyantri di pondok pesantren. Pengetahuan soal agama, aku kalah dengan Kyai Sattar yang jadwal pengajiannya semalam bisa tujuh tempat.
Anakku dua, padahal aku tidak pernah mau, kalau diajak pak RT ikut KB. Mungkin Tuhan melihat kemampuan mendidik dan memberi makan cukup dua anak. Kalau lebih, mungkin aku bisa jadi pencuri yang ganjarannya tidak hanya penjara, tetapi neraka jahannam juga.
Cita-citaku dari dulu sampai sekarang belum tercapai. Maklum terlalu tinggi, karena aku disuruh bapak guru untuk bercita-cita setinggi langit. Usiaku setengah abad, usia yang rawan terhadap penyakit pikun. Aku dilahirkan tanggal 17 Agustus 1967, namun saat peringatan 17-san aku tidak pernah mendapat hadiah.
Tempat Lahirku bukan di rumah sakit atau bidan. Aku lahir di rumah dibantu seorang dukun bayi yang kini tidak diperkenankan membantu proses kelahiran. Oleh undang-undang dukun bayi profesinya dibawah bidan, hanya memandikan bayi. Aku procot di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia yang belum pernah mensensus penduduk jumlah penduduk yang jurus, gemuk, pendek, tinggi dan berukuran sedang serta warna kulit.